Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2010

Nabi Daud a.s Membuat Pakaian Perang dari Besi

Di zaman itu, kaum Nabi Daud a.s. sering menghadapi peperangan. Mereka menggunakan baju besi yang berat sehingga tidak mampu bergerak dengan leluasa.Kemudian turunlah perintah Allah SWT agar Daud a.s. membuat baju perang dari besi sebagaimana firman-Nya: " ... dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan ." ( QS. Saba' [34] : 10-11) Banyak yang berpendapat mengenai penafsiran ayat "dan kami tetah melunakkan besi untuknya" tersebut. Pendapat yang paling banyak diterima adalah Daud a.s. telah menemukan cara untuk melunakkan besi dengan cara meleburnya dengan api sehingga besi yang keras dapat dibentuk sesuai dengan keinginannya. Kecerdasan Daud a.s. pun terbukti dari baju perang besi hasil buatannya yang terdiri atas bulatan-bulatan besi sehingga pemakainya dapat bergerak bebas sekaligus terlindungi dari pedang, kapak, dan bela

Nabi Daud a.s Meredakan Amarah Raja

Kemenangan demi kemenangan yang diraih Daud a.s. membuatnya menjadi terkenal di mata masyarakat saat itu. Ditambah sifatnya yang lembut dan pengasih kepada setiap orang, membuat seluruh penghuni bumi mencintainya. Hal ini membuat raja cemburu kepadanya. Kecemburuannya sudah melampaui batas sehingga ia menyiapkan pasukan untuk memerangi Daud a.s. Sudah bisa dipastikan akan terjadi banyak korban untuk melampiaskan amarah raja kepadanya. Mengetahui hal itu, Daud a.s. tidak ingin konflik antara dirinya dan raja makin memanas, apalagi harus mengerahkan pasukan untuk membunuhnya. Kemudian ia mendatangi raja yang sedang terlelap. Dengan mudahnya ia mengambil pedang raja dan menyobek pakaian raja dengan pedang tersebut. Kemudian ia membangunkan raja. Alangkah terkejutnya sang raja ketika mendapati Daud a.s. telah berdiri di depannya dengan pedang terhunus. Tubuhnya gemetar seketika membayangkan nyawanya akan melayang ditebas oleh pedangnya sendiri. Daud a.s. pun menenangkannya seraya berkata

Kebijaksanaan Daud a.s dan Putranya

Daud a.s. dikaruniai kerajaan yang besar dan disegani oleh musuh-musuhnya. Tidak ada yang berani melawan kerajaannya sehingga peperangan pun hampir tidak pernah terjadi. Kerajaan Daud a.s. menjadi kerajaan adidaya saat itu. la pun dikaruniai seorang anak yang kelak akan menjadi nabi pula, yaitu Sulaiman. Putra Daud a.s tersebut tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pandai. Pada usianya yang kesebelas, ia telah membantu ayahnya untuk memutuskan perkara rakyatnya, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur'an. " Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oieh mereka itu. Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya ." (

Kisah Wanita yang Dizalimi

Ibnu Katsir r.a dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Hafidz Ibnu Asakir menceritakan kisah Sulaiman bin Daud a.s. dari Ibnu Abbas r.a. sebagai berikut. Ada seorang wanita cantik pada masa Bani Israel. Dia dirayu oleh empat orang pemuka di kalangan mereka untuk berbuat hal yang dilaknat Allah, tetapi wanita itu menolak mereka semua. Karena kesal, mereka sepakat untuk membuat kesaksian palsu atas wanita tersebut agar ia dihukum. Selanjutnya, mereka bersaksi di hadapan Daud a.s. bahwa wanita itu telah berbuat hal yang tidak terpuji dengan anjingnya. Daud a.s pun memerintahkan agar wanita itu dirajam. Sore hari itu, Sulaiman a.s memikirkan perkara kasus tersebut. la duduk dikelilingi para pembantunya. Kemudian dia menyuruh empat orang pembantunya berakting seperti empat orang lelaki pelapor dan seorang lagi berperan sebagai wanita yang tertuduh. Sedangkan, Sulaiman a.s duduk sebagai hakim. Para pembantunya pun mendramatisasi empat orang yang bersaksi atas wanita bahwa dia telah berbuat mesum

Ibu Kandung Sebenarnya

Dari Abu Hurairah r.a , Rasulullah saw mengisahkan sebagai berikut: Alkisah, dua orang wanita pergi bersama-sama dengan membawa bayi mereka. Di tengah perjalanan, seekor serigala menerkam salah satu dari kedua bayi tersebut. Lalu, keduanya berseteru memperebutkan bayi yang selamat dan sama-sama mengaku sebagai ibunya yang asli. Karena tidak ada yang mau mengalah, keduanya pun pergi menemui Nabi' Daud a.s. untuk menengahi perselisihan mereka. Akhirnya, Daud a.s memutuskan dengan alasan-alasan yang diperolehnya bahwa ibu yang asli dari si bayi tersebut adalah yang paling tua dari kedua wanita tersebut. Dalam perjalanan pulang, kedua ibu tersebut bertemu dengan Nabi Sulaiman a.s. Wanita yang lebih muda tadi tidak terima dengan keputusan Nabi Daud a.s., ia pun mengadu kepada Nabi Sulaiman a.s. Setelah mendengar cerita mereka berdua, Sulaiman a.s. menemukan cara untuk mengetahui siapa ibu kandung yang asli di antara mereka. la pun berpura-pura meminta sebilah pisau seraya berkata, &quo

Pencuri Angsa

Muhammad bin Ka'ab Al-Qiradhy menceritakan sebuah kisah berikut ini: Seorang lelaki mengadu kepada Nabi Sulaiman a.s., "Ya, Nabi Allah, seorang tetanggaku telah mencuri angsaku!" Lalu, Nabi Sulaiman a.s. pun menyeru kepada orang-orang di sana, "Wahai orang-orang sekalian, marilah kita shalat berjemaah!" Seusai shalat, Nabi Sulaiman a.s. menyampaikah khotbah kepada jemaah. Di tengah-tengah khotbahnya ia berkata, "Salah seorang di antara kalian telah mencuri angsa tetangganya dan kemudian masuk ke masjid dengan bulu angsa masih menempel di kepalanya!" Tiba-tiba seorang lelaki mengusap kepalanya untuk menepis bulu angsa yang menempel di kepalanya. Padahal, tidak ada sehelai bulu pun melekat di kepalanya. Melihat gelagat orang tersebut, Nabi Sulaiman a.s. berseru, "Tangkap dia! Dialah pencuri itu!" Jelaslah bahwa taktik Sulaiman a.s. hanyalah untuk membuktikan siapa pencuri angsa itu sebenarnya. Bagi yang merasa telah mencuri tentu akan terkecoh

Gantilah Pintumu!

Ibnu Abbas r.a. mengisahkan sebuah riwayat sebagai berikut: Suatu hari Nabi Ibrahim a.s. berkunjung ke rumah putranya, Ismail a.s., yang saat itu telah beranjak dewasa dan telah memiliki seorang istri keturunan suku Jurhum. Kedatangannya diterima oleh menantunya yang menyatakan bahwa suaminya tidak berada di rumah. Akan tetapi, istri Ismail a.s. belum mengenal Ibrahim a.s. sebagai mertuanya. Ketika ditanya ke mana Ismail a.s. pergi, istrinya menjawab, "Dia pergi mencari nafkah untuk kami." Kemudian Ibrahim a.s. bertanya kepadanya tentang kehidupan sehari-hari mereka. Wanita itu menjawab, "Kami ini termasuk manusia kurang beruntung." Kemudian menambahkan, "kami selalu berada dalam kesusahan dan kesulitan," adu istrinya kepada Ibrahim a.s. Setelah mendengar keluh kesah istri putranya, Ibrahim a.s. berpesan, "Jika suamimu datang, sampaikan salamku kepadanya dan katakan bahwa aku memintanya untuk mengganti pintu rumahnya." Sekembalinya Ismail a.s. ke

Kecerdasan Nabi Ibrahim a.s

Ibrahim a.s. adalah anak yang sangat cerdas. Kecerdasannya ini telah tampak ketika usianya masih kanak-kanak. Allah SWT menganugerahkan akal yang senantiasa berpikir dan kebijaksanaan dalam kalbunya. Ayahnya yang bernama Azar adalah seorang pembuat patung untuk dijadikan sesembahan. Ada pula yang mengatakan bahwa Azar adalah pamannya yang telah dianggap sebagai ayahnya sendiri. Konon, Azar adalah nama berhala yang paling terkenal di antara berhala-berhala lain buatannya. Profesi ayahnya sebagai pemahat patung sesembahan mengangkat keluarganya menjadi keluarga terpandang dan terhormat di mata masyarakat saat itu. Dari iklim kesyirikan inilah Ibrahim mungil dilahirkan. Meskipun demikian, Allah SWT tetap melindungi fitrah dan kesucian akal serta kalbu Ibrahim kecil. Hingga suatu hari, Ibrahim kecil bermain dengan patung-patung buatan ayahnya dengan menaikinya seperti sedang bermain kuda-kudaan. Alangkah terkejut ayahnya ketika memergoki putranya bermain dengan "tuhan-tuhan" yang

Nabi Musa a.s Berguru kepada Nabi Khidr a.s

Pada suatu hari Musa a.s menyampaikan khotbah kepada Bani Israel, menyeru mereka ke jalan Allah dan menjelaskan tentang kebenaran kepada mereka. Setelah ia selesai, seorang pendengar dari Bani Israel bertanya kepadanya, "Adakah orang yang lebih pintar darimu di dunia ini, Nabi Allah?" "Tidak ada," jawab Musa a.s. Mengetahui hal itu, Allah hendak menegurnya melalui Malaikat Jibril yang datang kepada Musa a.s untuk bertanya, "Wahai Musa, tahukah engkau di mana Allah meletakkan ilmunya?" Jibril melanjutkan, "sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba yang ada di tempat bertemunya dua lautan, yang lebih pintar dari dirimu." Musa a.s. segera tersadar bahwa dirinya telah melakukan kesalahan dengan mengaku paling pintar dan luas ilmunya. Padahal, ilmu Allah itu Maha luas dan Dia berkehendak untuk memberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. la pun tertarik untuk menemui hamba Allah tersebut untuk belajar darinya. Satu-satunya petunjuk tentang kebe

Hasutan Iblis

Suatu hari Iblis datang menemui Nabi Isa a.s. dan bertanya, "Bukankah kamu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirimu telah ditetapkan Allah?" "Benar," jawab Isa a.s. Lantas Iblis berkata,"Kalau begitu, jatuhkanlah dirimu dari atas gunung ini. Sebab jika Allah menakdirkanmu selamat, pastilah engkau selamat!" Isa a.s. pun menjawab, "Wahai makhluk terlaknat! Sesungguhnya hanya Allah SWT yang berhak menguji hamba-hamba-Nya. Sementara itu, hamba-hamba-Nya tidak berhak sama sekali untuk menguji Tuhannya!"

Jalan Keluar Pertikaian Hajar Aswad

Penduduk Mekah merencanakan pemugaran Kakbah yang melibatkan empat kabilah terpandang dari bangsa Quraisy yang turut serta dalam proses pembangunan kembali Kakbah tersebut. Begitu pula, Muhammad bersama yang lainnya mengangkut bebatuan granit biru guna menyusun bangunan Kakbah. Permasalahan muncul ketika pembangunan Kakbah selesai dan para kabilah saling berebut untuk mengembalikan Hajar Aswad, batu yang disucikan, ke tempat semula. Setiap kabilah merasa berhak memperoleh kehormatan untuk meletakkan batu hitam tersebut. Perselisihan makin memanas hari demi hari hingga akhirnya tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan permasalahan mereka, kecuali melalui peperangan. Melihat situasi yang makin runyam, Abu Umayya bin Al-Mughirah dari Bani Makhzum segera melerai perselisihan yang makin menghebat tersebut. la adalah orang tertua di antara mereka yang dihormati dan disegani. la berkata, "Serahkanlah putusan kalian ini kepada orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram melalui pintu

Kecerdasan Rasulullah saw sebagai Panglima Perang

Ketika pasukan Islam dan pasukan Quraisy sedang mempersiapkan diri untuk pertempuran di Badar, Rasulullah saw. mencari informasi dari dua orang pemuda penyedia air minum pasukan Quraisy tentang kondisi pasukan mereka. Rasulullah saw. bertanya tentang lokasi perkemahan tentara Ouraisy. Mereka menjawab, "Mereka berada di balik bukit pasir ini, di bibir lembah yang paling ujung." Kemudian Rasulullah saw. menanyakan tentang jumlah pasukan Quraisy. Kedua pemuda itu tampak kebingungan. Para sahabat dibuat tidak sabar oleh sikap kedua orang tersebut yang tidak segera menjawab pertanyaan Rasulullah. Meskipun didesak sedemikian rupa, tetap saja mereka tidak bisa menjawabnya kecuali dengan kalimat, "Kami tidak tahu, sungguh!" Akhirnya, Rasulullah saw. mengganti pertanyaannya seraya berkata kepada kedua pemuda itu, "Berapakah jumlah unta dan kambing yang mereka sembelih setiap harinya?" Mereka hanya menjawab bahwa setiap harinya pasukan Quraisy menyembelih unta dan k

Kecemerlangan Rasulullah saw dalam Perjanjian Hudaibiyah

Rasulullah saw. dan kaum muslimin di Medinah rindu untuk berhaji ke tanah Mekah sekaligus menapaki kampung halaman tercinta yang lama telah mereka tinggalkan. Namun, kaum musyrikin Quraisy tidak serta-merta mengizinkan kaum muslimin untuk masuk ke tanah mereka. Bagaimanapun itu akan merendahkan harga diri kaum Quraisy yang dianggap telah tunduk kepada kaum muslimin jika membiarkan mereka masuk ke kota Mekah. Untuk menghindari bentrokan antara kedua belah pihak-sebenarnya mereka juga sudah bosan dengan peperangan yang terjadi serta menelan banyak korban harta dan jiwa-akhirnya disepakati sebuah perjanjian gencatan senjata yang dinamakan Perjanjian Hudaibiyah. Dalam perjanjian itu ada pasal yang meresahkan kaum muslimin, yaitu barangsiapa dari golongan Quraisy menyeberang kepada Muhammad tanpa seizin walinya, harus dikembalikan kepada mereka dan barangsiapa dari pengikut Muhammad menyeberang kepada Quraisy, tidak akan dikembalikan. Kaum muslimin yang tersiksa dengan perjanjian tersebut,

Semangat Ubay bin Ka'ab r.a dalam Belajar dan Mengajar Ilmu

Ubay bin Ka'ab r.a. adalah salah seorang sahabat Nabi yang terkenal dan ahli dalam membaca kitab suci Al-Our'an. la juga senantiasa menulis wahyu yang diajarkan Rasulullah saw. Di samping kemampuannya menghafal Al-Qur'an, ia juga memiliki pengetahuan tentang kitab suci umat Islam tersebut. Rasulullah saw. berkata tentangnya, "Ubay bin Ka'ab adalah seorang qari' (pembaca Al-Qur'an) yang paling baik di kalangan umatku!" Ubay bin Ka'ab r.a. pernah membaca seluruh Al-Qur'an dalam shalat Tahajud selama delapan malam berturut-turut. Suatu saat Rasulullah berkata kepadanya, "Allah SWT telah memerintahkan kepadaku supaya membacakan seluruh isi Al-Qur'an kepadamu." Ubay r.a berkata, "Wahai Rasulullah. Adakah Allah telah menyebutku dengan memanggil namaku?" Rasulullah saw menjawab, "Ya, benar, Allah SWT telah menyebut engkau dengan memanggil namamu." Jawaban Rasulullah saw. membuatnya terharu. Bayangkan saja jika seseora

Doa Rasulullah saw untuk Ibnu Abbas r.a

Pada suatu hari Rasulullah saw. keluar untuk buang air. Ketika beliau selesai beristinjak, beliau mendapati sebuah panci yang sudah penuh berisi air di luar tempat beliau beristinjak. Lalu, beliau bertanya, "Siapakah yang telah menaruhnya di sini?" "Ibnu Abbas telah menaruhnya," jawab para sahabat. Rasulullah saw. sangat senang dengan pelayanan Ibnu Abbas r.a. kepadanya. Kemudian beliau mendoakannya, "Ya Allah, berikanlah kepadanya kepahaman agama dan Al-Qur'an." Pada suatu ketika Rasulullah saw. sedang mendirikan shalat sunnah dan Ibnu Abbas r.a. mengikutinya di belakang. Lalu, Nabi saw. menarik tangannya sehingga ia berdiri tepat di samping kanan Rasulullah saw. Sebagaimana tata cara shalat berjemaah dengan satu makmum: posisi makmum tepat berada sejajar disamping kanan imam. Akan tetapi, Ibnu Abbas r.a. malah kembali mundur ke belakang dan shalat di belakang beliau. Seusai shalat, Rasulullah saw. bertanya kepada Ibnu Abbas r.a., "Mengapa kamu m

Wawasan Seorang Bocah

Dikisahkan bahwa Al-Makmun memisahkan diri dari pasukannya, lalu berjalan melewati salah satu perkam-pungan Arab. la melihat seorang bocah sedang berdiri mengisi girbah (tempat air) sambil memanggil ayahnya untuk minta bantuan agar dapat menguasai pegangan girbahnya. Bahasa yang digunakan anak itu begitu santun dan baik layaknya orang dewasa sehingga menarik perhatian Khalifah Al-Makmun. la pun bertanya kepada anak itu, "Siapakah engkau? Semoga Allah memberkatimu." Anak itu menyebutkan namanya dan balik bertanya, "Dan siapakah engkau?" Al-Makmun menjawab, "Keturunan Adam." "Memang benar keturunan Adam, tetapi keturunan Adam yang mana?" tanya anak itu kembali. "Yang pilihan dan terbaik di antara mereka," jawabnya. "Oh, berarti engkau orang Arab. Dari silsilah siapa?" tanya anak itu penasaran. "Yang pilihan dan terbaik di antara mereka," jawab Al-Makmun untuk menguji pengetahuan anak itu lebih jauh. "Berarti dari

Ilmu Lalu Amal

Dalam kitab Muntakhab Kanzul Ummai, Abu Abdurrahman r.a. berkata, "Jika para sahabat mengajarkan Al-Qur'an kepada kami, mereka berkata, 'Kami belajar Al-Qur'an dari Rasulullah saw. sebanyak 10 ayat dan kami tidak akan meminta Nabi saw. untuk mengajarkan ayat berikutnya sebelum 10 ayat tadi sesuai dengan antara ilmu dan amalnya." Ulama hadis terkemuka Bukhari r.a berkata, "Al ilmu qoblal qouli wal amali (ilmu sebelum berkata dan berbuat)." Perkataan ini merupakan kesimpulan yang ia ambil dari firman Allah Ta'ala, " Maka Ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu .... " ( QS. Muhammad [47] : 19) Dalam kitab Fathut Bari, Ibnul Munir berkata, "Yang dimaksudkan oleh Bukhari bahwa ilmu adalah syarat benarnya suatu perkataan dan perbuatan, yaitu suatu perkataan dan perbuatan itu tidak teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh sebab itu, ilmu didahulukan dari

Hilangnya Ilmu

Ahmad bin Jamil Al-Marwazi menuturkan, Ibnu Al-Mubarak r.a. diberi tahu bahwa Ismail bin Ghalabah r.a. telah diangkat menjadi pejabat urusan sedekah. Lalu, Ibnu Al-Mubarak r.a. menulis surat kepadanya. "Hai orang yang membuat Ilmu menjadi elang, yang menyambar harta orang-orang miskin. Engkau menyiasati dunia dan kenikmatan, dengan dalih yang menyirnakan ad-din. Karenanya, engkau telah menjadi kegilaan, padahal sebelumnya engkau adalah penyembuh bagi orang-orang sinting. Di manakah ilmu yang engkau dapatkan, dari Ibnu Aun dan Ibnu Sirin? Di manakah petuahmu yang dulu engkau keluarkan, tentang mendekati pintu para pemimpin? Jika ini sebuah keterpaksaan, demikian pula keledai pembawa Ilmu yang terperosok dalam lumpur yang licin." Taktkala ia menerima dan membaca tulisan ini, ia menangis tersedu-sedu dengan penuh penyesalan. Banyak ulama saleh yang menjauhkan diri dari kekuasaan karena ingin melindungi dirinya agar tidak terperosok dalam lubang kehinaan. Berikut ini adalah penda